apa artinya sebuah kehidupan
tanpa permasalahan yang ada menemani kita
permasalahan yang mampu membuat kita
belajar banyak tentang arti kehidupan bersyukurlah kita jika kita memiliki permasalahan dalam hidup
karena di situlah kita mampu menjadi dewasa,karena berhadapan dengan realita,juga untuk melatih iman kita
kehidupan sekarang ini yang penuh dengan lika-liku
jangan membuat kita gentar dan membuat kita menjadi lemah,justru itu menjadi obat kita menjadi lebih kuat dan tahan banting.
memang permasalahan itu begitu banyak sekali
mulai dari permasalahan pribadi, keluarga, ekonomi,karir, cinta, masyarakat, politik, agama dan unsur-unsur yang lain
tapi apakah dengan semua masalah itu hanya membuat kita terpuruk
hanya membuat kita menjadi lemah,membuat kita putus asa dan down ???,menjadikan kita mencari pelarian yang salah????
sayang sekali yaaah,
padahal kita memiliki akal,berpikir secara nalar dan logika,kita memiliki Iman
kita memiliki kepercayaan kepada pencipta kita
ya.. Dialah Tuhan yang Maha Mengetahui,Maha Kuasa atas segala
kelemahan dan kekuatan kita sewaktu kita di ciptakan
Dia telah mempersiapkan kita untuk mampu menghadapi semua persoalan dalam kehidupan
Dia Maha Mengerti tentang apa yang kita alami
dan Dia Mampu dan Mau untuk membantu kita
walau kita kadang lupa padaNya,kadang kita sombong mengingkari nikmatNya,kadang kita jauh dari pada-Nya.
Kamis, 10 September 2009
Arti Kehidupan
Mengenang Almamaterku
Berapa harga kenangan? Priceless? Dalam pengertian apa “priceless” mu? Tidak bisa diukur harganya, atau tak berharga? Pertanyaan-pertanyaan itulah yang mencecar pikiranku ketika pertama kali menginjakkan kaki lagi dipelataran SMP Negeri 1 SUKOMORO setelah hampir 23 tahun meninggalkannya. Mataku menjelajah, memindai tiap sudut sambil berharap masih bisa menemukan dan mengenali tempat-tempat dimana aku dulu pernah begitu bahagia menikmati kemudahan bersama guru, sahabat, teman, dan yah -anggaplah- teman special ketika itu. Tetapi rupanya 23 tahun adalah rentang waktu yang panjang. Apa yang kubayangkan tentang sekolahku dulu rupanya sama sekali berbeda dengan apa yang ada dihadapanku.Dari gerbang utama aku mulai menyisir pandangan ke berbagai penjuru. Lapangan Basket menghampar bersahaja yang dulu merupan sawah yang dikelilingi kolam menjadi pusat kegiatan sekolah,tempat Upacara. Sambil menghela nafas panjang, akupun tinggal bisa tersenyum mengenang semua yang pernah terjadi pada diriku didalam bangunan itu, Gedung gedung sudah bertambah banyak ,Mushola sudah berdiri Megah , gedung serbaguna juga sudah ada,lingkungan yang dulu gersang sekarang menjadi penuh tanaman dan pepohonan yang rindang,Dulu kami sering diajak kegiatan bapak ibu guru lembur mengerjakan berbagai acara, menyelinap kabur dari angan-anganku,Bazar di Kecamatan,Kemah bersama di lapangan Sukomoro,Gerak jalan Nganjuk Sawahan,pertandingan Bola Voli di Tangsi membuka semua kenangan, dan banyak lagi yang tidak mungkin habis jika kutuliskan di blog Mutiara Hati ini. Memasuki pelataran utama, harapanku untuk menemukan “situs-situs” yang dulu pernah aku ukir semakin kabur. Lapangan upacara ala kadarnya yang dulu tiap senin aku wajib menjemurkan diri disana, kini telah berubah beralaskan paving block yang bersih dan terawat, sementara dari tempat aku berdiri yang paling mencolok penglihatan adalah ruang-ruang kelas yang kini telah berubah menjadi banyak sekali, bangunannya tampak kokoh, warna temboknya bersih, daun jendelanya juga komplit, sama sekali berbeda. Semakin ke dalam aku semakin tidak mengenali bangunan sekolahku ini, aku seperti sedang berada di suatu tempat yang baru, entah apa yang telah diperbuat terhadap denah asli bangunan ini. Kalaupun ada yang membuatku tak merasa asing adalah sapaan dan sambutan hangat dari orang-orang yang telah begitu berjasa bagi kehidupanku, guru-guruku.Memandangi wajah-wajah tulus mereka inilah kemudian pertanyaanku tentang “priceless” sedikit menemukan jawaban. I love you all dear teachers.
Mengenang Almamaterku
Berapa harga kenangan? Priceless? Dalam pengertian apa “priceless” mu? Tidak bisa diukur harganya, atau tak berharga? Pertanyaan-pertanyaan itulah yang mencecar pikiranku ketika pertama kali menginjakkan kaki lagi dipelataran SMP Negeri 1 SUKOMORO setelah hampir 23 tahun meninggalkannya. Mataku menjelajah, memindai tiap sudut sambil berharap masih bisa menemukan dan mengenali tempat-tempat dimana aku dulu pernah begitu bahagia menikmati kemudahan bersama guru, sahabat, teman, dan yah -anggaplah- teman special ketika itu. Tetapi rupanya 23 tahun adalah rentang waktu yang panjang. Apa yang kubayangkan tentang sekolahku dulu rupanya sama sekali berbeda dengan apa yang ada dihadapanku.Dari gerbang utama aku mulai menyisir pandangan ke berbagai penjuru. Lapangan Basket menghampar bersahaja yang dulu merupakan sawah yang dikelilingi kolam menjadi pusat kegiatan sekolah,tempat Upacara,sawah yang menjadi lapangan sepak bola sekarang sudah berdiri bangunan. Sambil menghela nafas panjang, akupun tinggal bisa tersenyum mengenang semua yang pernah terjadi pada diriku didalam bangunan itu, Gedung gedung sudah bertambah banyak ,Mushola sudah berdiri Megah , gedung serbaguna juga sudah ada,lingkungan yang dulu gersang sekarang menjadi penuh tanaman dan pepohonan yang rindang,Dulu kami sering diajak kegiatan bapak ibu guru lembur mengerjakan berbagai acara, menyelinap kabur dari angan-anganku,masuk sore sekedar membersikan ruangan kelas ,menegepel,menanam bunga di depan kelas,Cerdas cermat di Kabupaten dengan naik mobil VW pak Camat yang tidak muat akhirnya saling pangku,Bazar di Kecamatan,Kemah bersama di lapangan Sukomoro,Gerak jalan Nganjuk Sawahan,pertandingan Bola Voli di Tangsi membuka semua kenangan, dan banyak lagi yang tidak mungkin habis jika kutuliskan di blog Mutiara Hati ini.
Memasuki pelataran utama, harapanku untuk menemukan “situs-situs” yang dulu pernah aku ukir semakin kabur. Lapangan upacara ala kadarnya yang dulu tiap senin aku wajib menjemurkan diri disana, kini telah berubah beralaskan paving block yang bersih dan terawat, sementara dari tempat aku berdiri yang paling mencolok penglihatan adalah ruang-ruang kelas yang kini telah berubah menjadi banyak sekali, bangunannya tampak kokoh, warna temboknya bersih, daun jendelanya juga komplit, sama sekali berbeda. Semakin ke dalam aku semakin tidak mengenali bangunan sekolahku ini, aku seperti sedang berada di suatu tempat yang baru, entah apa yang telah diperbuat terhadap denah asli bangunan ini. Kalaupun ada yang membuatku tak merasa asing adalah sapaan dan sambutan hangat dari orang-orang yang telah begitu berjasa bagi kehidupanku, guru-guruku.Memandangi wajah-wajah tulus mereka inilah kemudian pertanyaanku tentang “priceless” sedikit menemukan jawaban. I love you all dear teachers.
Jumat, 04 September 2009
Untukmu Guruku
Ketika kaki ini melangkah
Ketika jemari ini mulai bekerja
Ketika peluh mulai menetes
Ku ingat jasa-jasamu wahai Guruku
Ketika hujan menerpa
Ketika terik menyengat tubuh
Kau tetap berada bersama kami
Kau tetap membimbing kami
Apa yang kau punya
Apa yang kau bisa
Kau berikan dengan iklas kepada kami
Sebagai bekal tuk mengapai bintang di langit tinggi
Kini jasamu ku kenang slalu
Kini saatnya kami berbakti
Kepada engkau panutan kami
Wahai ...GURUku
I LOVE YOU ALL
Bu Djusna (almarhum),Bu Wiwik,Pak Miskar, Pak Relo, Pak Edi, Pak Agung, Pak Teguh,Bu Dwiyah,Pak Bayu, Bu Siti, Pak Sunoto,Pak Saroni,Bu Roni ( almarhum),Bu Arbikah,Bu Enik, Bu Suwarti,Pak Sumarsono,Pak Bambang,Pak Parmun,Pak Sulis,Bu Maspiani,Pak Sugeng,dan Seluruh guru SMP Negeri Sukomoro yang karena keterbatasan saya tidak dapat menyebutkan satu persatu, namun dengan tidak mengurangi rasa hormat kami kepada semua Guru.
Kamis, 03 September 2009
Jika Berhasil Tersenyumlah
Pada saat anak saya sedang banyak belajar di usianya 10 bulan dulu,sudah banyak keterampilan baru yang dia dapatkan. Saat dia sedang belajar berjalan dan mengenal anggota tubuh. Sering kali saat sedang duduk, dia meraih tangan atau baju saya untuk berusahaberdiri. Saya biarkan saja, tidak dibantu sampai dia bisa berdiri sendiri. Saat berhasil, dia langsung tersenyum gembira. Indahnya. Dia melakukannya berulang-ulang dan dia pun tersenyum berulang-ulang.
Senyum anak memang membuat kita bahagia. Namun bukan kebahagiaan saja yang bisa kita dapatkan, tetapi juga hikmah dari apa yang dilakukan seorang bayi dalam belajar. Tersenyum yang dia lakukan setelah berhasil berdiri adalah suatu perayaan terhadap keberhasilan. Ternyata perayaan ini, menurut para ahli motivasi dan pengembangan diri, memberika efek yang positif terhadap diri kita.
Yang pertama ialah meningkatkan motivasi diri. Jika kita meraih keberhasilan, kemudian kita merayakannya, meskipun hanya dengan senyum, akan membuat diri kita memiliki perasaan yang positif. Dimana perasaan positif bisa memberikan efek motivasi diri yang lebih besar pada diri kita.
Yang kedua, jika kita memiliki motivasi diri yang lebih baik, maka kita akan lebih semangat untuk meraih pencapaian atau keberhasilan lainnya. Artinya, pengembangan diri kita aka lebih cepat lagi. Ini akan menjadi siklus yang positif, yaitu kita berhasil, kita merayakannya, motivasi diri bertambah, keberhasilan bertambah, kita merayakannya, motivasi diri bertambah, dan seterusnya. Siklus yang positif bukan?
Yang perlu diperhatikan ialah bagaimana cara merayakan keberhasilan kita. Cara terbaik bahkan seharusnya ialah dengan bersyukur kepada Allah, karena pada hakikatnya semua keberhasilan yang kita raih adalah nikmat dari Allah. Sementara jika kita bersyukur, maka Allah akan menambah nikmat kita. Kita sebagai seorang muslim tidak pantas merayakan keberhasilan dengan hura-hura, apa lagi sampai melakukan maksiat. Seharusnya, bentuk rasa syukur kita ialah dengan menambah ibadah kita.
Jadi setiap keberhasilan apa pun yang kita dapatkan, jangan lupa untuk mensyukurinya. Kita sering lupa, apalagi jika apa yang kita raih dibawah target yang kita harapkan. Bukannya bersyukur malah kita menggerutu karena tidak sesuai dengan yang kita inginkan. Inilah rahasia mengapa bayi begitu cepat belajar, mereka menikmati setiap bekerhasilan, sekecil apa pun.
Selasa, 01 September 2009
Paku
Suatu ketika, ada seorang anak laki-laki yang bersifat pemarah. Untuk mengurangi kebiasaan marah sang anak, ayahnya memberikan sekantong paku dan mengatakan pada anak itu untuk menancapkan sebuah paku dipagar belakang setiap kali ia marah. Hari pertama anak itu memakukan 48 paku ke pagar setiap kali ia marah. Lalu secara bertahap jumlah paku itu berkurang. Anak itu menyadari ternyata lebih mudah menahannya daripada memakukan paku ke pagar.
Akhirnya tibalah hari dimana anak itu merasa bisa mengendalikan amarahnya dan mampu lebih dapat bersabar. Anak tersebut memberitahukan hal ini kepada ayahnya. Kemudian ayahnya mengusulkan agar anak tersebut mencabut satu paku setiap hari dimana dia tidak marah.
Hari-hari berlalu dan anak laki-laki itu akhirnya memberitahukan ayahnya bahwa semua paku telah tercabut olehnya. Lalu sang ayah menuntu anaknya ke pagar.
“Hmm… kamu telah berhasil dengan baik anakku, tetapi lihatlah lubang-lubang dipagar ini. Pagar ini tidak akan pernah bisa sama seperti sebelumnya.
Duhai anakku…
Engkau bisa saja menusukan pisau pada seseorang, lalu mencabut pisau itu. Tetapi, meski engkau mengucapkan ribuan kali kata maaf, bekas luka tersebut akan tetap ada… Dan luka karena kata-kata akibat dari kemarahan atau fitnah adalah lebih pedih daripada luka fisik…”
Gratis Sepanjang Masa
Suatu sore, seorang anak menghampiri ibunya didapur. Kemudian anak itu menyerahkan selembar kertas yang telah ditulisnya.Setelah sang ibu mengeringkan tangannya dengan celemek, lalu ia membaca tulisan itu dan inilah isinya :
Untuk memotong rumput, dua ribu rupiah
Untuk membersihkan kamar tidur, seribu rupiah
Untuk pergi ke toko disuruh ibu, lima ratus rupiah
Untuk menjaga adik waktu ibu belanja, lima ratus rupiah
Untuk membuang sampah, seribu rupiah
Untuk nilai rapor yang bagus, tiga ribu rupiah
Untuk membersihkan dan menyapu halaman, lima ratus rupiah
Jadi utang ibu = delapan ribu lima rupiah
Sang ibu memandangi anaknya dengan penuh harap. Berbagai kenangan terlintas dalam benak sang ibu, kemudian ia mengambil pulpen, membalikkan kertasnya, lalu ia menulis:
Untuk sembilan bulan ibu mengandung kamu, GRATIS
Untuk semua malam ibu menemani kamu, GRATIS
Untuk mengobati kamu dan mendoakan kamu, GRATIS
Untuk semua saat susah dan air mata dalam mengurusmu, GRATIS
Untuk semua jumlah harga cinta ibu, GRATIS
Untuk mainan, makanan dan baju, semua GRATIS
Anakku andainya kamu menjumlahkan semua, andai kau dapati semuanya GRATIS
Seusai membaca apa yang ditulis ibunya, sang anak pun berlinang air mata kemudian sang anak menatap wajah ibunya, ia berkata : “Bu, aku sayang sekali sama ibu” lalu anak itu mengambil bolpoin dan menulis sebuah kata dengan huruf besar “LUNAS”
Sikap Tidak pernah Puas
Secara awalnya hati manusia memang susah untuk merasa puas. Walaupun sudah memiliki sepuluh peti emas, seseorang itu masih mau lagi kesebelas. Apabila dia sudah mempunyai sebelas peti emas dia mau lagi yang kedua belas dan begitulah seterusnya.
baikah sikap seperti ini? Dari aspek motivasi tidak salahnya sebab bersikap maju, sikap yang diperlukan untuk menjadi kaya sebab Islam tidak pernah menghalang umatnya menjadi kaya. dengan alasan dengan adanya harta yang banyak memudahkan seseorang itu menyalurkan sebagian daripadanya ke jalan-jalan kebaikan.
Jadi, dalam mengarungi kehidupan tidak salah seseorang itu bermewah-mewah asalkan kemewahan tidak melupakan dia kepada Dipergunakan untuk tujuan agama. Meskipun bersederhanaan itu lebih dituntut namun bermewah-mewah dalam ruang lingkup yang dibenarkan berusaha sesuai dengan kehidupan sekarang.
Memang, kadang-kadang penilaian dan penghormatan manusia terhadap kita bergantung kepada apa yang kita punya dan pangkat apa yang kita sandang,mobil apa yang kita miliki, beberapa besar rumah apa yang kita miliki, kawasan mana kita tinggal, keahlian apa yang kita ada dan yang lainnya lagi.
Kehidupan kapitalisme dan materalisme sekarang telah meletakkan apa yang kita miliki sebagai asas penghormatan manusia terhadap kita. Maka tidak salah memiliki segala-galanya asalkan kita tidak lupa diri, tidak berubah dan masih meletakkan TUHAN sebagai Pemilik kehidupan.
Ujian paling berat bagi seorang yang kaya ialah jatuh miskin atau kehilangan hartanya yang paling disayangi. Kala inilah kesabaran akan diuji. Kalau tadi Islam membenarkan sikap tidak puas sebagai pendorong untuk manusia terus berusaha, sekarang Islam melarang sikap tidak puas hati karena ditimpa ujian. Sikap yang patut ditunjukkan ialah bersyukur kepada ALLAH karena memberi peluang untuk memperbaiki diri. Setiap ujian tentunya beralasan.
Dalam menjalani dengan ujian baik kekurangan harta maupun yang melibatkan kehidupan, tiada perkataan lain yang boleh diucapkan melainkan 'sabar' dan 'ridha'. Hanya dua perkataan ini bisa menyelamatkan seseorang daripada dimurkai ALLAH. Dimurkai beraeti berdosa dan dosa kalau tidak dibasuhi dengan taubat, jawabannya Neraka. Di antara tanda bersyukur ialah sentiasa bersabar dan teguh iman menerima ujian ALLAH.
Sikap yang berlawanan dengan ini ialah sifat tamak untuk memiliki semuanya hingga mengambil hak orang lain. Orang begini akan semakin kufur apabila diberi nikmat, apalagi tatkala ditimpa musibah. Dia akan mudah menyalah takdir dan menyalah TUHAN. Ingat janji ALLAH, "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti KAMI akan menambah (nikmat) kepadamu dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih." (Ibrahim, 7).
Bandingkan dengan kita, barulah memiliki harta sedikit saja sudah merasakan tidak berpijak di bumi ALLAH. Kadang-kadang hanya karena sebuah mobil yang belumlah dikatakan sebagai 'mewah', kita sudah Terkagum menjadi diri kita. ingatlah kekayaan allah menyangkut apa yang ada di bumi dan dilangit. Sikap tidak pernah puas dapat menyebabkan penarikan pada bank rekening anda, maka sebnaiknya anda harus selalu bersukur
Lemah Lembut Menahan Amarah
Kelemahlembutan adalah akhlak mulia. Ia berada diantara dua akhlak rendah dan jelek, yaitu kemarahan dan kebodohan. Bila seorang hamba menghadapi masalah hidupnya dengan kemarahan dan emosional, akan tertutuplah akal dan pikirannya yang akhirnya menimbulkan perkara-perkara yang tidak diridhoi Allah ta’ala dan Rosulnya. Dan jika hamba tersebut menyelesaikan masalahnya dengan kebodohan dirinya, niscaya ia akan dihinakan manusia. Namun jika dihadapi dengan ilmu dan kelemahlembutan, ia akan mulia disi Allah ta’ala dan makhluk-makhluknya. Orang yang memiliki akhlak lemah lembut, insya Allah akan dapat menyelesaikan problema hidupnya tanpa harus merugikan orang lain dan dirinya sendiri.
Melatih diri untuk dapat memiliki akhlak mulia ini dapat dimulai dengan menahan diri ketika marah dan mempertimbangkan baik-buruknya suatu perkara sebelum bertindak. Karena setiap manusia tidak pernah terpisahkan dari problema hidup. Jika ia tidak membekalinya dengan akhlak ini, niscaya ia akan gagal dalam menyelesaikan problemanya.
Demikian agungnya akhlak ini sehingga rosullullah memuji sahabatnya Asyaj Abdul Qais dengan sabdanya : “Sesungguhnya pada dirimu ada dua perangai yang dicintai Allah yakni sifat lemah lembut (sabar) dan ketenangan (tidak tergesa-gesa)”. (HR Muslim)
Akhlak mulia ini terkadang diabaikan oleh manusia ketika amarah telah menguasai diri mereka, sehingga tindakannya pun berdampak negative bagi dirinya ataupun orang lain. Padahal Rosulullah sudah mengingatkan dari sifat marah yang tidak pada tempatnya, sebagaimana beliau bersabda kepada seorang sahabat yang meminta nasehat : “Janganlah kamu marah” Dan beliau mengulanginya lagi berkali-kali dengan bersabda : “Janganlah kamu marah”.(HR Bukhari) Dari hadits ini diambil faedah bahwa marah adalah pintu kejelekan, yang penuh denga kesalahan dan kejahatan, sehingga rosullullah mewasiatkan kepada sahabatnya itu agar tidak marah. Tidak berarti manusia dilarang marah secara mutlak. Namun marah yang dilarang adalah marah yang disebabkan oleh hawa nafsu yang memancing pelakunya bersikap melampaui batas dalam berbicara, mencela, mencerca dan menyakiti saudaranya dengan kata-kata yang tidak terpuji, yang mana sikap ini menjauhkannya dari kelemahlembutan.
Didalam hadits yang shahih Rasulullah shalallahu alaihi wasallm bersabda : “Bukanlah dikatakan seorang yang kuat itu dengan bergulat, akan tetapi orang yang kuat dalam menahan dirinya dari marah” (Muttaquu’alahi). Ulama telah menjelaskan cara menyembuhkan penyakit marah yang tercelah yang ada pada seorang hamba, yaitu :
1. Berdoalah kepada Allah, yang membimbing dan menunjuki hamba-hambaNya ke jalan yang lurus dan menghilangkan sifat-sifat jelek dan hina dari diri manusia. Allah ta’ala berfirman : “Berdoalah kalian kepadaku niscaya akan aku kabulkan.” (Ghafir:60).
2. Terus menerus berdzikir pada Allah seperti membaca Al-Quran.
3. Mengingat nash-nash yang menganjurkan untuk menahan marah.
4. Merubah posisi ketika marah, jika ia marah dalam keadaan berdiri maka hendaklah ia duduk, jika ia duduk maka hendaklah ia berbaring.
5. Berlindung dari setan dan menghindar dari sebab-sebab yang akan membangkitkan kembarahannya.