Selasa, 01 September 2009

Paku

Suatu ketika, ada seorang anak laki-laki yang bersifat pemarah. Untuk mengurangi kebiasaan marah sang anak, ayahnya memberikan sekantong paku dan mengatakan pada anak itu untuk menancapkan sebuah paku dipagar belakang setiap kali ia marah. Hari pertama anak itu memakukan 48 paku ke pagar setiap kali ia marah. Lalu secara bertahap jumlah paku itu berkurang. Anak itu menyadari ternyata lebih mudah menahannya daripada memakukan paku ke pagar.

Akhirnya tibalah hari dimana anak itu merasa bisa mengendalikan amarahnya dan mampu lebih dapat bersabar. Anak tersebut memberitahukan hal ini kepada ayahnya. Kemudian ayahnya mengusulkan agar anak tersebut mencabut satu paku setiap hari dimana dia tidak marah.

Hari-hari berlalu dan anak laki-laki itu akhirnya memberitahukan ayahnya bahwa semua paku telah tercabut olehnya. Lalu sang ayah menuntu anaknya ke pagar.

“Hmm… kamu telah berhasil dengan baik anakku, tetapi lihatlah lubang-lubang dipagar ini. Pagar ini tidak akan pernah bisa sama seperti sebelumnya.

Duhai anakku…

Engkau bisa saja menusukan pisau pada seseorang, lalu mencabut pisau itu. Tetapi, meski engkau mengucapkan ribuan kali kata maaf, bekas luka tersebut akan tetap ada… Dan luka karena kata-kata akibat dari kemarahan atau fitnah adalah lebih pedih daripada luka fisik…”



Tidak ada komentar:

Posting Komentar